Sipenggeng



Salah satu lokasi favorit muda-mudi di Desa Pulogodang pada jaman kami sekitar tahun 90-an, yang sebenarnya lokasi ini tidak begitu luas. namun di latar i oleh sebuah batu yg agak besar (bisa tempat bersembunyi orang dewasa dalam posisi duduk), dan juga semak-semak yang tidak begitu rimbun. sangat biasa jika sehabis kebaktian dari gereja pada hri Minggu, hampir semua muda-mudi di desa ini ikut serta bercengkerama di Sipenggeng.
Bagi anak2 Remaja, seakan sudah terjadi kesepakatan tidak tertulis, tidak pernah ikutan ke lokasi ini. karena biasanya, disinilah sering tumbuh benih - benih cinta diantara pemuda dan pemudi hingga biasanya sampai ke jenjang pernikahan.
Bagi kami waktu itu sekitar tahun 85-88, yg masih menginjak Remaja, pada malam hari sering ngobrol di Sipenggeng ini, dan dalam hati apa saja yg diperbincangkan pemuda pemudi kampung kami di sini? Pada saat itu, kami dengan beberapa teman, sudah mulai agak nakal, mencuri-curi belajar merokok, ya di Sipenggeng inilah lokasinya, begitu kita duduk di belakang batu, maka akan terhindar dari pantauan orang-orang tua dimana kita lagi merokok rame-rame.
Ada lagi fungsi batu di Sipenggeng ini, jika jalur perjalanan ke sawah melewatinya, maka batu itu menjadi tempat istirahat favorit di sore hari, apalagi sambil membawa padi (dalam karung) di taruh di pundak kita, batu di Sipenggeng inilah tempatnya.
Pernah saya ingat kala itu saya kelas V SD, terjadilah perkelahian murid2 sekolag anatr kampung. Di Sipenggeng inilah lokasi adu kekuatan itu. Pemimpin dari satu kampung (biasanya yg badannya agak besar dan kokoh) memilih  team untuk bertempur melawan kampung lain. Setelah di pilih, baru diadu satu per satau, pemenang pertempuran adalah jika jumlah pemenangnya paling banyak. Pemenang ditentukan dengan jika lawan sudah bilang menyerah, atau lari tunggang langgang.
Sekarang saya sudah lama sekali tidak pulang kampung, adakag masih keberadaan Sipenggeng? Ataukah sudah diratakan untuk pembuatan jalan??
Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Pulogodang

Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Pulogodang

Masih segar dalam ingatan saya tentang keindahan dan keasrian alam di desa Pulogodang tempat saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tua saya hingga menamatkan SMA tahun 1992 lalu.
Saat itu sekitar bulan September 1992, saya meninggalkan kampung halaman Desa Pulogodang untuk merantau ke tanah Jawa, dengan harapan dan asa sebuah perubahan hidup kelak ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Semua kenangan dan semua kisah yang menyenangkan ataupun yang tidak saya tinggalkan di kampung halaman saya, untuk menjadi seorang yang mampu berjuang di daerah baru yang saya tuju, pulau Jawa. Berbagai rintangan dan tantangan saya lalui satu per satu, hingga tidak menyadari umur sudah melewati kepala 3, belum melepas status lajang saya. Terlalu asyik dengan kegiatan-kegiatan sosial, baik sesama teman sekampung yang di perantauan maupun sesama suku saya yang berdomisili dalam satu wilayah. Terlalu banyak bahkan kegiatan sosial yang saya nimbrungi, dan hampir tidak memikirkan masa depan sendiri. Ada penyesalan melakukan itu semua? Terkadang pertanyaan itu muncul di benak sanubari saya. Dan hati saya menjawab, tidak ada penyesalan, karena semua itu saya lakukan pasti bukan untuk hal yang sia-sia, tetapi sesuatu yang positif, paling tidak jika saat ini dampak positifnya belum saya rasakan, suatu saat kelak pasti akan saya nikmati.
Itulah sekelumit tentang saya, dan saat saya melentikkan jemari saya di atas keyboard komputer saya untuk menuliskan postingan ini, saya jadi teringat dan terbayang akan masa - masa sekolah di SMP Simtor, sekolah swasta yang murni dibangun oleh swadaya masyarakat di 3 Desa di kampung halaman saya, yakni Pulogodang, Sipagabu dan Banuarea. Saya menimba ilmu di sana selama 3 tahun dari 1985 - 1988.
Para teman sepermainan, satu angkatan sekolah sudah menyebar di Nusantara, ada yang di Aceh, di Medan, di Sipahutar, di Rantau Parapat, di Jambi, di Pekanbaru, di Palembang, di Jakarta, di Tangerang, di Kalimantan, di Barus, di Kampung, dan hampir semua teman-temin saya itu pernah saya hubungi, setelah tidak pernah bertemu selama kurang lebih 23 tahun.
Kembali ke alam dan keindahan dan keasrian Desa Pulogodang kampung halaman saya, sangatlah sulit untuk dilupakan. Jika seandainya ada niat dan ada hasrat untuk memajukan Desa ini, sangatlah memungkinkan. Wisata alam, sumber energi dengan mudah didapat di tempat ini.