Kondisi Sarana dan Prasarana di Desa Pulogodang

Masih segar dalam ingatan saya tentang keindahan dan keasrian alam di desa Pulogodang tempat saya dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tua saya hingga menamatkan SMA tahun 1992 lalu.
Saat itu sekitar bulan September 1992, saya meninggalkan kampung halaman Desa Pulogodang untuk merantau ke tanah Jawa, dengan harapan dan asa sebuah perubahan hidup kelak ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Semua kenangan dan semua kisah yang menyenangkan ataupun yang tidak saya tinggalkan di kampung halaman saya, untuk menjadi seorang yang mampu berjuang di daerah baru yang saya tuju, pulau Jawa. Berbagai rintangan dan tantangan saya lalui satu per satu, hingga tidak menyadari umur sudah melewati kepala 3, belum melepas status lajang saya. Terlalu asyik dengan kegiatan-kegiatan sosial, baik sesama teman sekampung yang di perantauan maupun sesama suku saya yang berdomisili dalam satu wilayah. Terlalu banyak bahkan kegiatan sosial yang saya nimbrungi, dan hampir tidak memikirkan masa depan sendiri. Ada penyesalan melakukan itu semua? Terkadang pertanyaan itu muncul di benak sanubari saya. Dan hati saya menjawab, tidak ada penyesalan, karena semua itu saya lakukan pasti bukan untuk hal yang sia-sia, tetapi sesuatu yang positif, paling tidak jika saat ini dampak positifnya belum saya rasakan, suatu saat kelak pasti akan saya nikmati.
Itulah sekelumit tentang saya, dan saat saya melentikkan jemari saya di atas keyboard komputer saya untuk menuliskan postingan ini, saya jadi teringat dan terbayang akan masa - masa sekolah di SMP Simtor, sekolah swasta yang murni dibangun oleh swadaya masyarakat di 3 Desa di kampung halaman saya, yakni Pulogodang, Sipagabu dan Banuarea. Saya menimba ilmu di sana selama 3 tahun dari 1985 - 1988.
Para teman sepermainan, satu angkatan sekolah sudah menyebar di Nusantara, ada yang di Aceh, di Medan, di Sipahutar, di Rantau Parapat, di Jambi, di Pekanbaru, di Palembang, di Jakarta, di Tangerang, di Kalimantan, di Barus, di Kampung, dan hampir semua teman-temin saya itu pernah saya hubungi, setelah tidak pernah bertemu selama kurang lebih 23 tahun.
Kembali ke alam dan keindahan dan keasrian Desa Pulogodang kampung halaman saya, sangatlah sulit untuk dilupakan. Jika seandainya ada niat dan ada hasrat untuk memajukan Desa ini, sangatlah memungkinkan. Wisata alam, sumber energi dengan mudah didapat di tempat ini.

Share this

Related Posts

First

1 comments:

comments